Etika Filsafat

A. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu

The Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkutkan landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.


sumber: internet


Tempat kedudukan filsafat ilmu ditentukan oleh dua lapangan penyelidikan filsafat ilmu berikut:
a. Sifat pengetahuan ilmiah. Dalam bidang ini filsafat ilmu berkaitan erat dengan epsitimologi yang mempunyai fungsi menyelidiki syarat-syarat pengetahuan manusia dan bentuk-bentuk pengetahuan manusia.

b. Menyangkut cara-cara mengusahakan dan mencapai pengetahuan ilmiah. Dalam bidang ini filsafat ilmu berkaitan erat dengan logika dan metodologi. Ini berarti cara-cara mengusahakan dan memperoleh pengetahuan ilmiah berkaitan erat dengan susunan logis dan metodologis serta tata urutan berbagai langkah dan unsur yang terdapat dalam kegiatan ilmiah pada umumnya. (Beerling,1988).

Objek Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu yang lain, juga memiliki objek material dan objek formal tersendiri.

a. Objek Material Filsafat Ilmu

Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran penyelidikan oleh suatu ilmu atau objek yang dipelajari oleh suatu ilmu itu.

b. Objek Formal  Filsafat Ilmu

Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu itu sesungguhnya? Bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah? Apa fungsi pengetahuan itu bagi manusia? Problem inilah yang dibicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan,yakni landasan ontologisme, epistimologis, dan aksiologis.

Wilayah pengetahuan terdiri dari empat disiplin filsafat sebagai berikut: pertama, epistimologis (cabang filsafat yang mengkaji hakikat pengetahuan dari empat segi yaitu sumber pengetahuan, batas pengetahuan, struktur pengetahuan, dan keabsahan pengetahuan). Kedua, filsafat ilmu pengetahuan (cabang filsafat yang mengkaji ilmu pengetahuan dari segi citi-ciri dan cara-cara pemerolehannya. Ketiga, logika (cabang filsafat yang mengkaji azas-azas berfikir secara lurus dan tertib). Keempat, metodologi (sebagai cabang filsafat yang mengkaji metode-metode yang digunakan dalam dunia ilmiah).

Wilayah ada terdiri dua disiplin filsafat. Pertama, ontologisme (cabang filsafat yang berurusan dengan “yang ada sebagai yang ada” atau “yang sebenar-benarnya ada” sebagai lawan dari disiplin yang berurusan dengan bentuk particular). Kedua, metafisika (cabang filsafat yang mengkaji semesta supra-inderawi di balik gejala-gejala empiris. Ontologis berurusan dengan semesta empiris, sedangkan metafisika berurusan dengan semesta di sebalik gejala-gejala empiris).

Wilayah nilai, terdiri atas dua disiplin filsafat, yakni Etika (cabang filsafat yang merefleksikan nilai-nilai moral, dan Estetika (disiplin filsafat yang merefleksikan nilai-nilai estetis).

Dalam coraknya filsafat mempunyai beberapa cabang, yaitu metafisika, logika, etika, estetika, epsitimologi, dan filsafat-filsafat khusus lainnya;

- Metafisika : filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, hakikat yang bersifat transenden, di luar jangkauan pengalaman manusia.

- Logika : filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah.

- Etika : filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk.

- Estetika : filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek.

Yang menjadi tujuan dari filsafat ialah mencari hakikat kebenaran dari segala sesuatu, baik dalam kebenaran berfikir (logika), berperilaku (etika), maupun dalam mencari hakikat atau keaslian (metafisika).

Kegunaan Filsafat

Dr.Oemar A.Hosein mengatakan : Ilmu memberi kepada kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran.

Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat ilmu secara umum mengandung manfaat sebagai berikut.

a. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Kritis disini menghindarkan pada sikap solipsistic, yakni menganggap hanya pendapatnya yang paling benar.

b. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab kecenderungan yang terjadi di kalangan para ilmuwan menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan di sini adalah menerapkan metode ilmiah yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan, bukan sebaliknya.

c. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah 
yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.

Berbagai macam pendapat mengenai ruang lingkup filsafat :

1. Prof Alburey Castell, membagi masalah-masalah filsafat kepada lima bagian:

a. Theological Problem,

b. Metaphisical Problem,

c. Epistecal Problem,

d. Political Problem,  

e. Historical Problem.

2. Dr.M.j. Langeveld menyatakan bahwa filsafat dapat diberikan sebagai satu kesatuan yang terdiri dari tiga lingkungan masalah:

a. Lingkungan masalah-masalah keadaan,

b. Lingkungan masalah-masalah pengetahuan,

c. Lingkungan masalah-masalah nilai.

3. Al Kindi (wafat 893 H), ahli pikir pertama dalam filsafat islam membagi filsafat dalam tiga lapangan:

a. Ilmu Fisika, merupakan tingkatan yang terendah,

b. Ilmu Matematika, tingkatan tengah,

c. Ilmu Ketuhanan, tingkatan tertinggi.

4. Aristoteles, mengadakan pembagian secara konkret dan sistematis menjadi empat cabang, yaitu:

a. Logika, ilmu ini dianggap sebagai ilmu pendahuluan bagi filsafat.

b. Filsafat teoritis. Cabang ini mencangkup:


1. Ilmu fisika yang mempersoalkan dunia materi dari alam nyata.
2. Ilmu matematika yang mempersoalkan benda-benda alam dalam kuantitasnya.

3. Ilmu metafisika yang mempersoalkan tentang hakikat segala sesuatu. Ini adalah yang paling utama dari filsafat.

c. Filsafat praktis. Cabang ini mencangkup :

1. Ilmu etika, yang mengatur kesusilaan dan kebahagiaan dalam hidup perseorangan.

2. Ilmu ekonomi, yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran dalam keluarga (rumah tangga).

3. Ilmu politik yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran dalam negara.

d. Filsafat Poetika (Kesenian).

B. Aliran-aliran Filsafat

a. Rasionalisme

Rasionalisme adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalis, suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir.

Para tokoh aliran Rasionalisme diantaranya yaitu: Descartes (1596-1650 M), Spinoza (1632-1677 M) dan Leibniz (1646-1716 M).

b.  Idealisme

Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Istilah idelaisme diambil dari kada ide yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. 

Pandangan ini telah dimiliki oleh Plato dan pada filsafat modern dipelopori oleh j.G fichte, Sckelling dan Hegel. Idealisme memiliki argument epistimologi tersendiri. Oleh karena iru, tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi bergantung kepada spirit tidak disebut idealis karena mereka tidak menggunakan argument epistimologis yang digunakan oleh idealism.

c.  Empirisme

Empirisme adalah salah satu aliran yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan peranan akal. Istilah Empirisme diambil dari bahasa Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin, Empirisme adalah lawan Rasionalisme.

Untuk memahami inti filsafat Empirisme perlu memahami dulu dua cirri pokok Empirisme yaitu mengenai makna dan teori tentang pengetahuan. Teori makna dan empirisme selalu harus dipahami lewat penafisran pengalaman. Oleh karena itu, bagi orang empirisme jiwa dapat dipahami sebagai gelombang pengalaman kesadaran, materi sebagai pola (pattern) jumlah yang dapat diindra, dan hubungan kausalitas sebagai urutan peristiwa yang sama. Sedangkan teori pengetahuan, menurut orang empirime, semua kebenaran yang disebut tadi adalah kebenaran yang diperoleh lewat observasi jadi ia kebenaran aposteriori.

Di antara tokoh aliran Empirisme adalah Francis Bacon, Thomas Hobbes, Jhon Lock dan lainnnya.

d. Kantianisme

Kantianisme dipelopori oleh Immanuel Kant. Pemikiran-pemikiran Kant yang terpenting di antaranya ialah pemikirannya akal murni. Menurutnya bahwa dunia luar itu kita ketahui hanya dengan sensasi, dan jiwa bukanlah sekedar tabula rasa, tapi jiwa merupakan alat yang positif, memilih dan merekonstruksi hasil sensasi yang masuk itu dikerjakan oleh jiwa dengan menggunakan kategori yakni mengklasifikasikan dan mempersepsikannnya ke dalam ide.

e. Pragmatisme

Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.

Oleh sebab itu, kebenaran sifatnya menjadi relative tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Maka Konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat yang kedua.
Filsuf yang terkenal sebagai tokoh filsafat pragmatisme adalah William James dan Jhon Dewey.

f. Eksistensialisme

Eksistensialisme berasal dari kata eksistensi dari kata dasar exsit. Kata eksit itu sndiri adalah bahasa latin yang artinya: ex, keluar dan sistare: berdiri. Jadi, eksistensi adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri.

Dalam membuat definisi eksistensialisme kaum eksistensialis tidak sama tentang apa yang dimaksud sebenarnya dengan eksistensialisme. Namun, demikian ada sesuatu yang dapat disepakati oleh mereka yaitu sama-sama menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral.

Tokoh yang terkenal dalam filsafat eksistensialisme, di antaranya yaitu: Martin Heidegger, J.P Sartre dan Gabriel Marcel.

g. Positivisme

Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif sesuatu yang di luar fakta atau kenyataan dikesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan. Positivisme dipopulerkan oleh Auguste Comte. Comte mengklaim pengetahuan positif-ilmiah adalah pengetahuan yang pasti,nyata, dan berguna. 

Ia menolak metafisika dengan keyakinan bahwa segala sesuatu yang dapat diketahui manusia adalah apa yang tertangkap indera. Para metafisikus yang mereka –reka kemutlakan semesta dipandang sebelah mata oleh Comte. Menurutnya, para filsuf spekulatif tersebut belum mencapai tahap positif. Positivisme sangat menekankan sains atau ilmu positif sebagai puncak perkembangan manusia.

Positivisme yakin bahwa masyarakat akan mengalami kemajuan apabila menghargai sains dan teknologi. Slogan positivism yang amat terkenal berbunyi, “savoir pour prevoir, prevoir pour pouvoir”, (dari ilmu muncul prediksi dan dari prediksi muncul aksi.)

h. Matrialisme

Aliran filsafat materialism memandang bahwa realitas seluruhnya adalah materi belaka. Dalam pandangan materialism, baik yang kolot maupun yang modern, manusia itu pada akhirnya adalah benda seperti halnya kayu dan batu. Memang orang materialis tidak mengatakan bahwa manusia sama dengan benda seperti kayu dan batu. Akan tetapi, materialism mengatakan bahwa pada akhirnya, jadi pada prinsipnya, pada dasarnya, manusia hanyalah sesuatu yang material; dengan kata lain materi, betul-betul materi.

Aliran filsafat materialism memandang bahwa realitas seluruhnya adalah materi belaka. Tokoh aliran ini adalah Ludwig Freuerbach (1804-1872M). Menurutnya  hanya alamlah yang ada. Manusia adalah alamiah juga.

i. Marxsisme

Karl Marx adalah pelopor lahirnya Marxsisme. Aliran Marxsisme lahir dari suatu pertemuan dari tempat-tempat Karl Marx dalam sejarah ide-ide dan suatu pertemuan dari tempat-tempat Karl Marx dalam sejarah ide-ide dan suatu detik sejarah perjuangan kelas-kelas yaitu kelahiran gerakan buruh. 
Aliran Filsafat Marx disebut juga materialism dialetika, dan disebut juga materialism historis. 

Disebut sebagai materialism dialetika karena peristiwa kehidupan yang didominasi oleh keadaan ekonomis yang materiil itu berjalan melalui proses dialetika,tese, antitese dan sentise. Mula-mula manusia manusia hidup dalam keadaan komunitas asli tanpa pertentangan kelas, di mana alat-alat produksi menjadi milik bersama (tese).

Kemudian timbul milik pribadi yang menyebabkan adanya kelas pemilik (kaum kapitalis) dan kelas tanpa milik (kaum proletar) yang selalu bertentangan (antitese). Jurang antara kaum kaya (kapitalis) dan kaum miskin (proletar) semakin dalam. Maka, timbul dictator proletariat dan terwujudlah masyarakat tanpa kelas di mana alat-alat produksi menjadi milik masyarakat atau negara (sintese).

C.  Komponen – Komponen Filsafat Ilmu dan Penerapannya dalam Ilmu Komunikasi.

Filsafat Ilmu memiliki tiga komponen yang sangat penting yaitu Ontologis, Epsitemologis  dan Aksiologis. Bisa dikatakan juga bahwa filsafat merupakan induk dari ilmu sekarang. Menurut Bertrand Rusell (1872-1970) mendefinisikan filsafat sebagai ranah tak bertuan (no man’s land) di antara teologi dan ilmu pengetahuan.

1. Ontologis adalah “being” – ada, realitas. Pandangan Ontologis itu terdiri dari tiga bagian yakni kepada Tuhan, Alam, dan Manusia. Landasan ontologism ilmu pengetahuan sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap realitas. Manakala realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu empiris.

2. Epistemologis adalah bagaimana cara ilmu di dapatkan. Landasan Epsitimologis pengembangan ilmu, artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran.

3. Landasan aksiologis adalah untuk apa ilmu digunakan. Landasan aksiologis pengembangan ilmu merupakan sikap etis yangb harus dikembangkan oleh seorang ilmuwan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai  yang diyakini kebenarannya.

Komunikasi sudah ada sejak manusia itu lahir. Bahkan komunikasi merupakan salah satu alat berfilsafat selain berfikir. Komunikasi dibagi menjadi 3, 

1. Komunikasi intrapersonal, 

2. Komunikasi Interpersonal, 

3. Komunikasi Massa. 

Lalu bagaimana cara menerapkan komponen –komponen filsafat ilmu dalam ilmu Komunikasi?

Ilmu merupakan pengetahuan yang sistematis, harus empiris, dan ilmu berusaha melihat kausalitas dan ilmu harus memiliki objek.

Jika, dilihat secara seksama dalam pengertian ilmu kita menangkap sinyal pengetahuan. Dasar-dasar pengetahuan secara umum di dorong oleh rasa keingintahuan manusia.

Begitu pula filsafat. Pengalaman manusia dalam menangkap kerasa ingin tahuannya mendorong akal dan perasaanya untuk mencari kebenaran yang bisa diukur dan diperhitungkan. 

Benang merahnya, pengetahuan datang dari pengalaman. Dan mencari pengetahuan pun dilakukan dengan mengkomunikasikan idea tau bahasa. (animal symbolic). Dan dilakukanlah berfikir adalah mengemukakan pikiran-pikiran dalam mencari kebenaran: lewat logika.

Komponen filsafat ilmu dalam ilmu komunikasi:

Ontologis  : rasa keingintahuan manusia sebagai kosmos.

Epistimologis          : Pengalaman dengan menggunakan akal dan perasaan serta mengkomunikasikan idea atau bahasa.

Aksiologis : mengembangkan ilmu pengetahuan, mencari sebuah kebenaran.

Dengan adanya filsafat ilmu maka lahirlah ilmu komunikasi maupun ilmu lainnya yang masih bersinkronisasi dengan komunikasi diantaranya:

1. Filsafat Komunikasi

2. Psikologi Komunikasi

3. Komunikasi Politik

4. Sosiologi Komunikasi

5. Antropologi Komunikasi

6. Komunikasi Bisnis

7. Komunikasi Massa, dan lain sebagainya..           





Daftar Pustaka :

Ihsan,Fuad (2010).Filsafat Ilmu. Jakarta : Rineka Cipta.

Lubis,A.Y dan Adian,D.G (2011).Pengantar Filsafat Ilmu Pengetahuan. Depok: Koekoesan.

West,R., dan Turner, L.H (2009).Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Humanika.

Related Post



Posting Komentar