Dari Tampomas Menuju Rinjani Episode 4

Palawangan berketinggian 2700mdpl, berarti masih kurang 700mdpl lagi untuk mencapai Palawangan. Istirahat pun usai, perjalanan dilanjutkan. Di perjalanan padang edelwis yang terhampar manis, pohon-pohon cemara menghiasai dinding-dinding rinjani. Tetapi, karena beratnya medan semua sulit untuk dinikmati. 

Di perjalanan menuju Palawangan, kami mesti mengalah serombongan pendaki yang turun gunung membawa cerita. “Di atas, seperti pasar malam,” ujar salah seorang pendaki. Pasar Malam, berarti diatas sana suasana begitu ramai. 

Pukul empat sore kami tiba di Palawangan Sembalun. Pendakian yang dilakukan selama seharian penuh membuat kondisi kami terkuras. Monyet-monyet Sembalun tidak berani mendekat. 400 pendaki berkemah ditepi jurang Segara Anak. 

Kami harus segera mencari tempat untuk berkemah. Kami memanfaatkan celah sempit disamping tenda bule Perancis  dan Swedia. Disamping porter-porternya yang setia melayani tuannya. 

Anggota tim menjalankan fungsinya, Dzikri, Ilham dan Rian bertugas memasak. Dan Adhit yang pendakian tadi terlihat lelah, sibuk untuk melakukan dokumentasi. Cuaca yang bersahabat membuat Adhit menjadi bersemangat. 

Masakan yang disajikan ludes dilahap semua anggota tim. Semua seakan menjadi liar, kelaparan, mungkin sudah seharian mereka berjalan. Untungnya, pasokan air di Palawangan Sembalun di ketinggian 2700mdpl tidaklah sulit. Memanfaatkan celah-celah bebatuan sempit, kami mencoba menampung air. Lama memang, tapi daripada kehausan. Lebih baik menunggu.

Jam tujuh malam, suhu udara turun drastis menjadi 10’C. Tak terbayangkan cuaca bisa begitu ekstrim. Dari suhu 43’C di siang hari, lalu malam menjadi 10’C. Pakaian tebal pun, dipasang. Semua anggota tim, masuk ke tenda masing-masing. Pendakian menuju puncak akan segera di mulai dini hari nanti. Dan saatnya untuk mengisi energi dengan tidur. 

Alarm berbunyi, tepat pukul dua dini hari. Udara menusuk tulang, semua anggota tim yang lain bersiap untuk melakukan pendakian terakhir: Puncak Rinjani, kecuali Ilham saja. Ilham terlihat ragu-ragu. 

Kondisinya yang sempat kolaps  di Pos 3 membuat ia sempat mengurungkan niatnya untuk mencapai puncak. “ini Rinjani, selangkah menuju puncak,” ujar Ilham memotivasi diri. 

Akhirnya semua anggota tim berangkat, inilah sebenarnya rute yang paling menantang. Untuk menuju puncak haruslah melewati udara dingin, jalanan yang terjal, dan perjalanan yang tidak gampang. 

Ibarat seseorang yang ingin mendapatkan kesuksesan haruslah menjalani sebuah proses kedewasaan. Begitulah kami, saat akan menuju puncak.

Rute menuju puncak dibagi menjadi tiga tahap, pertama rute puncak kawah, rute ini terjal dan berdebu jaraknya pendek hanya 450m.

Kedua, rute landai jaraknya 1,5 km. Rute ini menuntut para pendaki untuk ekstra waspada. Sebab pendaki akan berjalan menyusuri punggungan gunung berupa jurang terjal, jurang dengan ketinggian 1700m mencapai dasar. 

Jalanan berpasir membuat jalan ini sulit dilakukan sebab kaki kita terperosok hampir 5cm ke bawah. Dan rute penghabisan adalah rute yang banyak pendaki bilang sebagai rute Ulat Bulu. 

jalur ulat bulu puncak rinjani (doc. khanoman adventure)


Rute dengan kemiringan 75 derajat ini hanya mampu dilewati oleh pendaki yang benar-benar siap fisik dan mental. Berjalan 1 langkah maka di ikuti setengah langkah mundur.  

menuju puincak rinjani (doc. khanoman adventure)


Bersambung....

Related Post



Posting Komentar