Dari Tampomas Menuju Rinjani Episode 7


segara anakan (doc.khanoman adventure)

Ini hari keenam, Senaru menjadi tujuan akhir. Ratusan orang bersiap-siap menuju Senaru dari Segara anakan. Mengular bagaikan orang yang sedang mengantri langkanya minyak tanah atau pembagian daging kurban. Panjang.

Jam tujuh pagi kami berangkat. Rencana awal kami akan tiba jam tujuh malam, sebab jarak perjalanan memakan waktu selama 12 jam. Setelah berfoto dan membereskan tenda. Tim dengan ranselnya dan totopong bersiap untuk berangkat. 

berfoto di segara anakan (doc.khanoman adventure)


Kekompakan tim diuji disini, Rian, Dzikri dan Ilham bergerak terlalu cepat, sedangkan Adhit dan Restu berada di barisan belakang. Beban yang sama membuat Adhit menjadi anggota yang paling “terbelakang”. 

“Ari kalian teu kasian ka si Adhit,” ujar ketua tim Restu marah. 

Semua tim diam, Adhit mulai bermasalah dengan lutut kanannya. Beban dua kamera dan accu yang dibawanya membuat ia begitu kelelahan, berjalan tertatih-tatih dan lesu. 

Rute Senaru begitu berat dan mistis. Bahkan lebih berat dari rute Sembalun. Tantangan terbesarnya adalah kemungkinan tertimpa jatuhan batu.

Pukul dua belas siang, kami makan siang, menu biasa yang dimakan saat pendakian sebelumnya. 

Di pos Palawangan Senaru itu, kami siap-siap untuk melanjutkan perjalanan menuju pos 3 yang biasa ditempuh selama satu jam perjalanan.

Pos ini biasa disebut sebagai pos surga sebab disini terdapat banyak mata air. Tetapi, ternyata air sedikit pun tak kami temukan. Puluhan bule pun sama, tak menemukan air. 

Kami kecewa. Pos surga ternyata berubah menjadi “neraka”. Atau mungkin saja karena musim kemarau, semua mengering dan menghilang untuk sementara.

Kami pun melanjutkan menuju pos 2 yang dilakukan selama dua jam perjalanan. Perjalanan sedikit menegangkan. Dijalan yang semakin sore kami menemukan, papan bertuliskan, “Orang Hilang dari Cina Sebulan yang lalu.” Suara-suara mencekam kian merasuk kalbu, ketakutan kami lebih kepada hewan liar seperti macan tutul. 

“Dit..,dit.. liat ada warung dit,” ujar Dzikri sambil menunjuk nunjuk ke Adhit. Adhit memercingkan mata tanda heran sebab ia tak menemukan apapun disitu. 

Sedangkan Restu, sempat melihat orang yang perawakannya mirip orang Cina tapi ia tak begitu menghiraukannya.

bersambung...

Related Post



Posting Komentar