JAUH (SEBUAH MEMORI PERCINTAAN REMAJA)

JAUH

2006

Beberapa bulan lagi aku, Deon, akan melepas baju putih biru. Masa-masa SMP dulu, tidak sama dengan sekarang. Dulu, Hand Phone (HP) masih sangat jarang sekali. Paling satu dua orang siswa yang memiliki HP. Itupun belum ada kamera seperti sekarang, paling hal yang istimewa di dalam HP itu hanyalah Radio. Bukan sebuah aplikasi, tapi sekedar melengkapi HP yang dulu sih 'kekinian'.

Umurku saat itu, baru beranjak usia 15 tahun. Bulu kakiku udah tumbuh, tinggiku belum semampai. Rupaku biasa-biasa saja, hanya saja kata temenku aku punya kharisma. Bukan hasil pelet, karena pelet itu kalau di kampungku sejenis pakan untuk ikan atau ayam. Itulah kenapa, aku terpilih jadi wakil ketua osis di sekolahku.

Banyak teman wanita, yang mulai mendekat atau merapat. Padahal aku bukan seorang pedagang makanan. Hanya seorang anak remaja, yang masih minta jajan sama orang tua.

Untuk itulah, aku mulai menjaga jarak. Bukan apa-apa, aku ini tergolong pria pemalu, terkadang malu-maluin. Tapi, ya bagaimanapun jaga image (Jaim) dikit bolehlah. Apalagi statusku sebagai wakil ketua osis. Apa kata dunia? wakil ketua osis bermadu kasih bersama banyak wanita.

Adik kelasku yang wanita, pernah mengirimiku sepucuk surat. Kaget iya, sebab saat itu suasana di kelasku sedang ramai banget. Entah aku harus bagaimana membalasnya. Yang jelas, surat itu aku masih ingat berwarna pink. Isinya sih mengenai perkenalan gitu.

Aku pertama kali dapat surat seperti, tapi jauh dilubuk hatiku aku ucapkan terima kasih banyak atas perhatian yang telah diberikan oleh adik kelas wanitaku. Kelak, kau akan mendapatkan seorang pria yang jauh lebih baik dari diriku.

Jatuh Cinta,

Aku pernah merasakan jatuh cinta. Tapi sampai hari ini, aku benar-benar belum menyatakannya. Perasaaan ini tumbuh seiring berjalannya waktu. Aku harap ia pun memiliki perasaan yang sama. Meskipun kini aku dan kamu jauh, tapi percaya selama kita masih bisa melihat matahari dan bulan yang sama. Disitulah do'a -do'a ku aku titipkan pada mereka.

Jika aku rindu ku pandangi langit angkasa, ku pejamkan mata dan membisikan namamu dengan mesra. "Untukmu, aku rindu".

Aku pernah cemburu, ketika suatu hari kau berjalan dengan pria lain. Padahal seharusnya, aku tidaklah harus cemburu. Aku bukanlah siapa-siapa kamu, dan kamupun bukan siapa-siapa aku. Tapi, entah kenapa, dada terasa sesak, aliran darah seakan cepat memompa jantung. Hanya hati yang bisa merasa, "Andai aku yang berjalan denganmu".

Untukmu yang Jauh disana,

Aku pernah mengalami musibah, tangan kiriku terluka. Dokter menyarankan tanganku untuk dijahit. Tidak banyak, hanya 40 jahitan kalau tidak salah. Lukanya masih membekas hingga sekarang atau mungkin sampai mata tak bisa melihat dunia.

Dokter pernah bertanya sebelum tanganku dijahit, "Nggak diberi tahu pacarnya, kang?" tanya dokter sambil mempersiapkan gunting, jarum suntik ditemani dua asistennya.

Ingin rasanya aku menyebut namamu, tapi aku hanya bisa tersenyum. Berharap kau tak perlu tahu dan khawatir. Cukup aku saja yang sakit dan membisikan ditelingamu, "aku baik-baik saja,".

Untukmu yang jauh disana,

jodoh tak pernah tahu siapa. Tapi, ia telah tertulis dalam buku takdir lauhul Mahfuzh. Mungkin kau adalah cinta remajaku, yang mampu membukakan sebagian isi hatiku dengan cinta. Aku berdoa yang terbaik untukmu, kesuksesanmu, kesehatanmu, keluargamu, dan harapan-harapanmu.
Meski kau jauh, tapi hati ini ingin selalu dekat.

Related Post



Posting Komentar